Friday, December 1, 2006

MANFAAT SYETAN BAGI MANUSIA

Benarkah syetan itu bermanfaat bagi manusia; bukankah Allah menciptakan (Iblis/syetan) sebagai musuh yang nyata (Al Baqarah: 168; 208; Al Kahfi:50); dan bukankah Allah memerintahkan manusia agar menjauhinya (An Nisa:38); Sebab pekerjaan syetan adalah menggoda manusia semuanya secara serius dan profesional (Al A’raf:16; Shad:82). Hampir 24 jam mereka terus-menerus merongrong manusia agar melupa­kan Allah dan berusaha membuat kegelapan di dalam hati­nya (Al Hijr:39). Pekerjan syetan baru berhenti manakala manusia telah meninggalkan dunia sebab mereka memiliki cita-cita yang kuat yaitu mencari teman sebanyak-banyaknya dari keturunan Nabi Adam as. (Al Isra: 62) Dengan alasan tersebut, pada sisi manakah syetan itu bermanfaat?

"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia.... (Ali Imran: 191)
Dari ayat di atas dan diperkuat dengan firman Allah : ”Tidaklah kami ciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.” Al Anbiya:16 dan Ad Dukhan:28

Dengan demikian kita yakin seyakin-yakinnya bahwa tidaklah sia-sia Allah menciptakan segala sesuatu termasuk mencipta­kan syetan yang dicap sebagai musuh yang nyata. Salah satu sisi manfaat diciptakan syetan adalah bahwa kita mengetahui bahwa kedudu­kan ma­nusia akan mening­kat derajatnya (maqamnya) semata-mata karena mampu melewati rintangan hawa nafsu dan godaan syetan. Sebalik­nya, manusia pun bisa mendu­duki derajat yang paling rendah bahkan lebih rendah daripada binatang dengan sebab syetan.

Singkatnya, keberadaan syetan boleh jadi harus disyukuri keberadaanya bagi orang-orang yang taqarrub Ila Allah. Sebab tanpa gangguan dan godaan mereka, manusia tidak akan meningkat derajatnya di sisi Allah sebagaimana kedudukan para malaikat di sisi Allah tidak naik dan turun derajatnya sebab malaikat tidak digoda oleh syetan.

Memahami Karakter Syetan
Syetan mestinya harus dipahami karakter dan tipologinya, sebab dalam teori berperang Tsun Tsu (Ahli Strategi perang Kaisar China masa lalu yang teorinya terkenal dan dipakai untuk bisins, politik dll hingga saat ini). Dalam teorinnya, mensyaratkan bahwa bila mau bertempur mutlak harus memahami karakter musuhnya sebelum bertempur. Tanpa memahami karakternya, sulit sekali mengatasi medan pertempuran. Karena syetan menurut Allah adalah musuh yang nyata bagi manusia, selayaknya kita mesti memahami betul karakter syetan agar kita mampu memenangkan medan pertempuran. Untuk lebih luas memahami karekter syetan dapat dibaca dalam buku "Biodata Syetan".

Dalam kitab Nuzhatul Majalis, pengarang kitab mengutip pendapat Imam Fakhrurrozi tentang karakter syetan dan liku-likunya. Ada tiga pintu di mana syetan berusaha menembusnya: Syahwat, Marah dan Hawa.

1. SYAHWAT
Syetan mampu menembus sistem pertahanan manusia melalui pintu syahwat. Seolah-olah syetan paham betul bahwa syahwat manusia mampu memproduksi output yang dahsyat yaitu sifat Dholimu linafsih (kekuatan merusak diri sendiri). Mirip virus yang masuk ke dalam program komputer, syetan yang berupa virus ini mampu merusak program dan dengan sendirinya komputer menjadi telmi (telat mikir) bahkan mampu menghancurkan data-data penting. Menurut Imam Fakhrurrozi, syahwat yang telah terinfeksi oleh virus ini mampu memproduksi sifat KIKIR sehingga merusak dirinya sendiri.

2. MARAH
Bila pintu pertama sudah berhasil dilumpuhkan, syetan berusaha memasuki pintu lapisan kedua yaitu marah (ghodob). Di sini syetan membutuhkan mediator (perantara) untuk menduplikasi (memfoto kopi) sifat daya perusak itu melalui marah. Sebab sifat marah ini mampu menghasilkan kekuatan Doholimu lighoirih (kekuatan merusak orang lain). Hal ini pun hampir mirip dengan virus yang sudah masuk ke system komputer.

Bila berhasil melumpuhkan satu kom­puter, dia akan menduplikasikan dirinya kepada komputer lain. Sehingga apabila ada komputer yang tersambung dengan komputer yang ada virusnya dipastikan semua komputer yang berhubungan dengannya akan ketularan dan seterusnya menularkan kepada yang lainnya. Menurut Imam Fakhrurozi, tenaga marah yang telah terinfeksi oleh virus ini menghasilkan daya rusak kepada orang lain berupa sifat UJUB dan TAKABUR.

3. HAWA
Hawa ini adalah lapisan pintu ketiga apabila berhasil memasuki pintu per­tama dan kedua. Syetan membu­tuhkan kekuatan hawa karena kekuatan ini mampu memproduksi suatu karakter yang mampu melawan Yang Maha Menciptakan (kufur/syirik). Dan kufur ini adalah senjata ampuh untuk melumpuhkan manusia. Kufur dalam bahasa arab disebut tertutup. Sifat ini mampu menutupi hati untuk menerima sinar dari Allah, rasul dan petunjuk agama lainnya. Jadi dipastikan bila manusia memiliki daya kufur, dan hatinya telah gelap, maka syetan dengan leluasa mengambil kendali hidup (An Nahl:100).

Maka dengan tenangnya mereka hidup di hati manusia yang telah gelap-gulita ini. Usaha syetan berikutnya adalah menutup rapat-rapat jangan sampai ada sinar masuk ke dalam hatinya sekecil apapun. Sebab bila ada sinar memancar sedikit saja niscaya akan nampak isi dalam hati manusia meskipun samar-samar. Ini tidak dikehendaki oleh syetan. Dengan kegelapan ini syetan dengan leluasa berdugem-ria dan mengendalikan manusia layaknya robot yang remote controlnya dipegang syetan.

HASUD
Menurut Sabda Rasulullah saw yang dikutip oleh Imam Fakhrurozi, Hasud merupakan penyakit yang paling berbahaya dari berbagai sifat perusak dari syetan. Hingga dalam surat Al Falaq Allah berfirman ”Wamin Syarri haasidin idzaa hasad” dari kejahatan orang hasud apabila hasud. Semua sifat-sifat jahat yang dibisikkan dalam dada manusia ini terkumpul di dalam sifat hasud. Singkatnya, hasud adalah kejahatan manusia yang paling berbahaya. Bahkan menurut suatu pendapat sifat hasud ini lebih jahat daripada Iblis.

Fir’aun berkata kepada Iblis: ”Wahai Iblis apakah kamu mengetahui kejahatan apakah yang melebihi aku dan kamu, kemudian Iblis menjawab: ”kejatahan orang yang hasud”. Mengapa hasud ini melebihi kejatahan iblis dan Fir’aun, sebabnya bahwa hasud ini merupakan maksiat yang terdapat di langit dimana Iblis menghasud Nabi Adam as dan hasud ini pun awal maksiat di bumi dimana ketika Qabil hasud kepada Habil lalu membunuhnya.

Antara yang Bisa Dikendalikan dan Tidak
Ternyata syetan tidak selamanya mampu menggoda manusia. Ada manusia yang mudah dikendalikan ada yang tidak. Bagi yang tidak bisa dikendalikan adalah mereka yang bertawakal dan beriman kepada Allah swt sedangkan bagi yang bisa dikendalikan adalah mereka yang mengambil sye­tan sebagai pemimpinnya. Sebagaimana firman Allah swt:

Artinya: Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah. (An Nahl: 99-100)

Wallahu a’lam (MK)
Catatan: Mohon kritik dan saran jika ada salah terjemah dan lain-lain mohon diinformasikan. terima kasih.

Ahlul Bait Keududukan dan Peranannya

Menurut istilah Ahlul Bait adalah nasab atau keturunan Rasulullah saw. Bagaimana kedudukan dan peranan mereka di dunia ini. Ahlul Bait atau disebut juga para Habaib (jamak dari Habib) sudah tidak asing lagi kita dengar. Biasanya peranan mereka dalam bidang keagamaan sangat menonjol sekali, karena memang citra para habib adalah dibidang dakwah.

Namun masih ada sebagian kecil masyarakat tidak mengakui keberadaannya sebagai keturunan Nabi saw. Alasan mereka dikhawatirkan akan menjadi kultus (pemujaan). Semen­tara jika keturunan Rasul itu ada, maka sifatnya lemah karena berasal dari pihak wanita.

Tulisan ini untuk memberikan wacana yang bersumber dari atsar, hadits dan pernyataan-pertanyaan para salafussoleh, tentang ahlul bait. Mudah-mudahan dapat memberi sisi lain terhadap argumentasi keberadaan ahlul bait.

Nasab
Dari segi nasab keturunan Rasulullah disebut ahli bait. Sementara itu kesepakatan ulama mujtahid selain Imam Syafi’i mengar­tikan bahwa yang dimaksud dengan keluarga Nabi adalah umatnya. Sehingga jika ada yang beralasan bahwa Rasulullah saw tidak memiliki keturun­an, alasan itu tidak berdasar, padahal kita semua mengakui bahwa anak perempuan Rasul bernama Siti Fatimah binti Khadijah yang kemudian menikah dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib kw (karroma Allah wajhah/ semoga Allah memulyakanya).

Kemudian dari keduanya lahirlah Imam Hasan dan Husein ra. Dari sinilah kemudian keturunan beliau eksis hingga saat ini. Para habaib ini sangat dikenal dengan marganya seperti Al Haddad, Al Habsyi, Al Attas, Al Kaff, Alaydrus dll.

Bila kita merujuk kepada kitab-kitab ulama yang menje­askan tentang ahlul bait, nampak sekali mereka sangat menghormati. Bahkan Rasulullah sendiri mengatakan bahwa adanya ahlul bait laksana kapal nabi Nuh as. Hadis ini tertulis dalam kitab Madaarij Assu’uud terdapat keterangan Rasulullah saw sperti hadis berikut ini:

رواه البزار عن ابن عباس وعن ابن الزبير وعن الحاكم عن ابي ذر انه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَثَلُ اَهْلِ بَيْتِىْ فِيْكُمْ مِثْلُ سَفِيْنَةِ نُوْحٍ فِيْ قَوْمِهِ مَنْ رَكِبَهَا نَجَا وَمَنْ تَخَلَّفَ عَنْهَا غَرِقَ.

Artinya: Diriwayatkan dari Al Bazzar, dari Ibnu Abbas dari Ibnu Zubair dan Hakim dan Abi Dzar berkata, Rasulullah saw bersabda: “Perumpa­maan ahlu baitku seperti kapal nabi Nuh bagi kaumnya, siapa yang menaikinya, maka akan selamat siapa yang tertinggal, maka celaka.”

روي عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: اَلنُّجُوْمُ أَمَانٌ لِاَهْلِ السَّمَآءِ فَإِذَا ذَهَبَ النُّجُوْمُ ذَهَبَ اَهْلُ السَّمَاءِ وَاَهْلُ بَيْتِىْ اَمَانٌ لأَهْلِ اْلاَرْضِ فَاِذَا ذَهَبَ اَهْلُ بَيْتِىْ ذَهَبَ أَهْلُ اْلاَرْضِ.

Artinya: Diriwayatkan dari Nabi saw: “Bintang-bintang di langit sebagai penjaga keamanan penduduk langit. Jika bintang-bintang itu lenyap maka lenyap pula pendu­duk langit. Sedangkan Ahlu Baitku sebagai pengaman (penjaga) penduduk bumi. Bila ahlu baitku tiada maka penduduk bumi pun binasa.”

Kalau pada hadits pertama ahlu bait diumpa­makan sebagai kapal nabi Nuh as, maka pada hadits kedua diumpamakan sebagai bintang di langit sebagai pengaman penduduk langit. Keber­adaan mereka di bumi meskipun banyak orang tidak mengetahui, ternyata menjadi pelindung bagi penduduk bumi.

Di samping itu menurut keterangan Al Munawi, Wali Qutub salah satu golongan Wali Allah penjaga dunia ini, berasal dari keluarga Rasulullah saw.

قَالَ الْمُنَاوِى وَلِهَذَا جَمْعٌ اِلىَ اَنَّ قُطْبَ الاَوْلِيَاءِ فِى كُلَّ زَمَانٍ لاَ يَكُوْنَ اِلاَّ مِنْهُمْ.

Menurut Al Munawi, kesepakatan ulama tentang keberadaan Wali Qutub adalah bahwa dalam tiap-tiap zaman Wali Qutub itu berasal dari keluarga Rasulullah saw. Menurut Al Munawi sejak ada dunia kewalian hingga hari kiamat tidak ada yang menjadi wali dari dulu hingga kapanpun pasti mereka berasal dari keluarga Nabi. Wali di dunia atau bahkan di Indonesiapun pasti Habib. Jadi seandainya wali bukan berasal dari habib menurut keterangan tersebut pasti wali palsu. Masih dalam kitab tersebut, Rasulullah saw bersabda:

قال رسول الله صلعم: مَثَلُ اُمَّتِيْ مِثْلُ الْمَطَرِ اَوَّلُهُ خَيْرًا اَمْ اَخِرُهُ.

“Perumpamaan umatku laksana air hujan, apakah yang baik itu pada awalnya atau pada akhirnya.”

Hujan tidak bisa diketahui manfaatnya apakah di awalnya atau pada akhirnya. Umat Nabi pun sama laksana hujan; mana yang baik apakah pada awalnya atau akhirnya.

Kesimpulan:
1. Karena kedudukan yang begitu mulia para ahlul bait Rasulullah saw, maka sela­yaknya kita harus menghormati mereka.

2. Keberadaan umat Rasulullah saw lak­sa­na air hujan. Air hujan tidak diketa­hui manfaatnya apakah di permulaan atau di penghujungnya. Demikian Umat Rasulullah saw; tidak diketahui mana yang paling baik; pada awal atau di akhirnya. Wallahu a’lam

Memiliki Aset tanpa Bekerja Apapun

Aset adalah kekayaan yang diidam­kan setiap orang. Sebab aset ibarat tabungan yang ber­manfaat di masa datang. Aset lahir berupa harta keka­yaan, aset batin berbentuk paha­la. Pada umumnya, orang yang bekerja pas­ti akan memper­oleh aset. Hal itu biasa. Atau orang bekerja secara maksimal misalnya rajin sholat, puasa shadaqah, rajin sekali dikerjakan tentu akan menda­patkan aset pahala, itu pun hal yang lumrah. Namun dalam soal yang satu ini, orang tanpa bekerja, tanpa berkata-kata hanya diam saja namun aset dari Allah akan diperoleh dengan sendirinya. Mungkinkah itu?

Hal itu sangat mungkin terjadi dan bisa dibuk­tikan dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam kehidupan lahiriah maupun rohani. Kita ambil contoh-contoh seba­gai berikut:

1. Anak Kecil Memiliki Aset
Contoh nyata dan gamblang sehari-hari bisa ditemui pada seorang anak kecil yang hidup ber­sama orang tuanya. Anak kecil ini setiap hari terpenuhi kebu­tuhan­nya tanpa dikurangi sedikitpun. Kebutuhan yang diperoleh dari orang­tuanya ini disebut aset. Artinya aset kebutuhan anak kecil ini dengan mudah­nya terpe­nuhi tanpa dia harus bekerja keras, tanpa berkata-kata, bahkan tanpa me­min­ta.

Itulah yang dimaksud aset yang didapat tanpa harus bekerja. Betapa nikmatnya anak itu tanpa sadar dia memperoleh fasilitas yang diinginkan tanpa harus be­kerja. Itu adalah contoh nyata dalam ke­hidupan lahiriah. Gambaran aset yang bersifat rohani­ banyak sekali bisa di­da­pat dalam ucapan-ucapan Rasulullah saw.

2. Orang Sakit Memperoleh Aset
Terhalang sakit/bepergian tidak menjadi penghalang mendapatkan aset dari Allah swt. Keuntungan ini diberikan kepada mereka yang selalu mengerja­kan amal sholeh secara rutin. Rasulullah saw bersabda:


عن أبي موسى قال سمعت النبي صلى الله عليه وسلم غير مرة ولا مرتين يقول إذا كان العبد يعمل عملا صالحا فشغله عنه مرض أو سفر كتب له كصالح ما كان يعمل وهو صحيح مقيم. (سونن ابي داود 2687

2.1. Abi Musa berkata: Aku mendengar Nabi saw berkata berkali-kali ya­itu: “Apabila seorang hamba me­nger­jakan sebuah amal sholeh kemudian terha­lang oleh sakit atau bepergian, maka tetap dicatat se­bagai orang yang me­nger­jakan amal sholeh tersebut.” (Dikutip dari Kitab Sunan Abi Dawud hadis no. 2687

ما من مرض او وجع يصيب المؤمن الا كان
كفارة لذنوبه حتى شوكة يشاقها او نطبه ينكها (متفق عليه

Siti Aisyah ra berkata: Rasululalah saw bersabda: "Ba­rang siapa yang sakit yang menim­pa seorang muk­min me­lain­kan dia mendapatkan ampunan dosa-dosa­nya bahkan tertusuk duri sekali­pun, atau terke­na kesusahan yang menim­panya." (HR. Bukhari)

حَدِيثُ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ وَلَا نَصَبٍ وَلَا سَقَمٍ وَلَا حَزَنٍ حَتَّى الْهَمِّ يُهَمُّهُ إِلَّا كُفِّرَ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ

Artinya: Hadits Abi Sa’id ra. Bahwa­san­nya ia telah mendengar Ra­sulullah saw bersabda: “Setiap mu­si­bah yang ditimpa kepada seorang mukmin beru­pa sakit yang berke­panjangan, sakit yang biasa, ter­timpa kesedihan, bahkan mem­ba­wa kepada kebingungan, maka hal ini merupakan penghapus dari kesalahan-kesalahannya. (HR. Bukhari Muslim)

Dari ketiga hadits di atas sangat nyata sekali kebenaran dari ungkapan rasul. Menurut Rasulullah saw Allah akan menjamin aset pahala setiap hamba muk­­­min yang berbuat amal kebaikan kemudian terhalang oleh sakit, tertusuk duri, kesedihan dll sehingga tidak sem­pat berbuat, namun aset pahal tetap didapatkannya.

Betapa jelas dan hebat! Tan­pa mengata­kan sesuatu, tanpa mengerjakan sesuatu bahkan tanpa mengorban­kan apa-apa. Hanya karena ha­langan seperti tertusuk duri atau kesusahan maka tidak diku­rangi sedikitpun aset ke­baikan­nya.

3. Kehilangan Barang Jadi Aset

حَدِيثُ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ *

Dari Anas ra berkata: Rasululullah saw bersabda: "Setiap orang muslim yang bercocok tanam kemudian hasil ta­naman­nya dimakan oleh binatang atau diambil manusia, maka tercatat seba­gai shodaqoh." (HR Bukhari-Muslim)

Hadits di atas menegaskan bahwa orang yang bercocok tanam namun tidak sempat menikmati hasilnya tetap men­da­pat­kan aset pahala dari Allah karena tanaman yang diusahakkanya itu dima­kan binatang atau dicuri orang.

Demikian pula orang yang memiliki sesuatu namun tiba-tiba hilang karena misalnya diambil orang tanpa permisi, atau dimakan kucing, tikus, dll tetap akan menjadi sha­daqah. Artinya aset shadaqah tetap menjadi miliknya. Subhanallah! Betapa hebatnya Allah memberikan aset kepada hamba-Nya yang mau berbuat baik. Sebuah aset yang didapat tanpa bekerja tanpa ber­kata-kata namun dapat dinik­mati dan dimiliki dengan mudahnya.

4. Rasul Memuji Perbuatan Orang Mukmin

بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ مَعَ أَصْحَابِهِ إِذْ ضَحِكَ فَقَالَ أَلَا تَسْأَلُونِي مِمَّ أَضْحَكُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمِمَّ تَضْحَكُ قَالَ عَجِبْتُ لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ إِنْ أَصَابَهُ مَا يُحِبُّ حَمِدَ اللَّهَ وَكَانَ لَهُ خَيْرٌ وَإِنْ أَصَابَهُ مَا يَكْرَهُ فَصَبَرَ كَانَ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ كُلُّ أَحَدٍ أَمْرُهُ كُلُّهُ لَهُ خَيْرٌ إِلَّا الْمُؤْمِنُ - رواه أحمد

Suatu ketika Rasulullah saw duduk ber­sa­ma para sahabatnya tiba-tiba terta­wa. Beliau bertanya: "Ada yang mau tau mengapa saya tertawa?" Lalu para sahabat bertanya: "Kenapa Rasu­lullah tertawa?" "Aku kagum de­ngan orang beriman; semua perbuatannya dijadi­kan kebaikan. Jika mereka menda­pat­kan kebaikan (kenikmatan) mereka memuji Allah. Begitu­pula jika tekena musi­bah yang tidak disukainya, mereka bersabar, maka jadi kebaik­an buatnya. Sehingga semua masalah yang menim­pa orang-orang mukmin semua­nya menjadi kebaikan."
(Kitab Sunan Ahmad hadits no. 22804)

Hadits senada yang isinya pujian Nabi saw kepada orang-orang mukmin ini banyak ditemui di berbagai kitab. Kese­muanya menegaskan bahwa semua perbuatan muslim itu berpahala. Hal inilah yang membuat Rasul saw heran dan takjub.
Allah SWT berfirman:

وما ارسلناك إلا رحمة للعالمين

Artinya: ”Tidaklah aku utus (Nabi Muhammad saw) semata-mata menjadi rakhmat bagi segenap alam.” (Al Anbiyaa: 107)

Beruntunglah kita sebagai umat nabi Muhammad saw. Karena Nabi saw men­jamin setiap perbuatan orang beriman dengan pahala yang berlipat ganda baik dengan perbuatan maupun tanpa berbuat sama sekali. Aset Allah yang diberikan kepada orang beriman ini merupakan rakhmat Allah yang harus terus-menerus dicari dan didambakan. Dengan demikian maka kebenaran ajaran ini berkat Rasulullah saw. Kare­nanya, hukumnya wajib Mencintai Rasulullah saw.

Wallahu A’lam (MK)

Selamat datang di website TQN Kalipasir

Semoga Anda bisa menikmati sajian rohani yang ada di sini. Kami sangat berterima kasih jika mengomentari setiap artikel yang ada. Tentu saja untuk berbagi ilmu. dengan dzikirunlimit, semoga kita semua menjadi orang yang sejuk hatinya.

Sajian tulisan di blog ini adalah hasil dari pengembangan Pengajian Tasawuf TQN (Thariqah Qadiriyah Wan Naqsabandiyah) Cabang Kali Pasir, Menteng Jakarta Pusat yang ditulis dan dikembangkan oleh kelompok alumni Buntet yang mengikuti pengajian tasawuf TQN di Kali Pasir, Jakarta Pusat.

Pimpinan Majlis Dzikir TQN Kalipasir adalah seorang Putera Buntet Pesantren yang tinggal dan berdakwah di Jakarta. Ia mengikuti thariqah ini, namun bukan sebagai wali talqin. Beliau tidak mau menjadi wali talqin karena menghormati Kyai Buntet Pesantren. Sebab kebanyakan thareqah di Buntet Pesantren adalah Tijani sedangkan ia sendiri TQN. Karenanya bagi siapa yang hendak bertalqin, maka akan diantarkan ke wakil talqin Pusat di Pesantren Suryalaya.

Para jamaah pengikut TQN Cabang Kali pasir berjumlah ratusan namun yang khsus mengikuti acara dzikir khataman di Kali pasir kurang lebih 100-an orang setiap datang. Mereka berasal dari kalangan status sosial bawah hingga atas namun jika sudah berbaur masing-masing tidak ada yang merasa besar atau kecil.

Yang menarik dari Majlis ini adalah tempat berdzikirnya. Bukan di tempat mewah, enak atau layak. Tempat dzikirnya di jalanan MHT selebar 1.5 meter memanjang hingga ujung gang. Namun heran, jika sudah berdzikir layaknya di tempat enak. Menurut jamaah yang sudah lama ikut, belum pernah kehujanan selama berdzikir di jalanan ini padahal tidak ada penutup. Otomotas setiap malam selasa jam 9 jalan tersebut ditutup total selama 1-2 jam.

ACARA DZIKIR:
WAKTU : SETIAP MALAM SELASA JAM 21.00 - 10.00 WIB
ACARA : [1.] Kultim kira-kira 10 menit [2] Wirid khataman kadang Manqib Syeikh Abdul Qadir Jailany [3] Doa [4] Ramah tamah (makan bersama)

"Yang menarik dari majlis ini adalah sudah tidak dipungut biaya, tapi diberi makan lagi setiap habis dzikiran, baik makanan jasmani maupun makanan rohani." kata salah satu jama'ah yang sudah lama.