Friday, December 1, 2006

Memiliki Aset tanpa Bekerja Apapun

Aset adalah kekayaan yang diidam­kan setiap orang. Sebab aset ibarat tabungan yang ber­manfaat di masa datang. Aset lahir berupa harta keka­yaan, aset batin berbentuk paha­la. Pada umumnya, orang yang bekerja pas­ti akan memper­oleh aset. Hal itu biasa. Atau orang bekerja secara maksimal misalnya rajin sholat, puasa shadaqah, rajin sekali dikerjakan tentu akan menda­patkan aset pahala, itu pun hal yang lumrah. Namun dalam soal yang satu ini, orang tanpa bekerja, tanpa berkata-kata hanya diam saja namun aset dari Allah akan diperoleh dengan sendirinya. Mungkinkah itu?

Hal itu sangat mungkin terjadi dan bisa dibuk­tikan dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam kehidupan lahiriah maupun rohani. Kita ambil contoh-contoh seba­gai berikut:

1. Anak Kecil Memiliki Aset
Contoh nyata dan gamblang sehari-hari bisa ditemui pada seorang anak kecil yang hidup ber­sama orang tuanya. Anak kecil ini setiap hari terpenuhi kebu­tuhan­nya tanpa dikurangi sedikitpun. Kebutuhan yang diperoleh dari orang­tuanya ini disebut aset. Artinya aset kebutuhan anak kecil ini dengan mudah­nya terpe­nuhi tanpa dia harus bekerja keras, tanpa berkata-kata, bahkan tanpa me­min­ta.

Itulah yang dimaksud aset yang didapat tanpa harus bekerja. Betapa nikmatnya anak itu tanpa sadar dia memperoleh fasilitas yang diinginkan tanpa harus be­kerja. Itu adalah contoh nyata dalam ke­hidupan lahiriah. Gambaran aset yang bersifat rohani­ banyak sekali bisa di­da­pat dalam ucapan-ucapan Rasulullah saw.

2. Orang Sakit Memperoleh Aset
Terhalang sakit/bepergian tidak menjadi penghalang mendapatkan aset dari Allah swt. Keuntungan ini diberikan kepada mereka yang selalu mengerja­kan amal sholeh secara rutin. Rasulullah saw bersabda:


عن أبي موسى قال سمعت النبي صلى الله عليه وسلم غير مرة ولا مرتين يقول إذا كان العبد يعمل عملا صالحا فشغله عنه مرض أو سفر كتب له كصالح ما كان يعمل وهو صحيح مقيم. (سونن ابي داود 2687

2.1. Abi Musa berkata: Aku mendengar Nabi saw berkata berkali-kali ya­itu: “Apabila seorang hamba me­nger­jakan sebuah amal sholeh kemudian terha­lang oleh sakit atau bepergian, maka tetap dicatat se­bagai orang yang me­nger­jakan amal sholeh tersebut.” (Dikutip dari Kitab Sunan Abi Dawud hadis no. 2687

ما من مرض او وجع يصيب المؤمن الا كان
كفارة لذنوبه حتى شوكة يشاقها او نطبه ينكها (متفق عليه

Siti Aisyah ra berkata: Rasululalah saw bersabda: "Ba­rang siapa yang sakit yang menim­pa seorang muk­min me­lain­kan dia mendapatkan ampunan dosa-dosa­nya bahkan tertusuk duri sekali­pun, atau terke­na kesusahan yang menim­panya." (HR. Bukhari)

حَدِيثُ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ وَلَا نَصَبٍ وَلَا سَقَمٍ وَلَا حَزَنٍ حَتَّى الْهَمِّ يُهَمُّهُ إِلَّا كُفِّرَ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ

Artinya: Hadits Abi Sa’id ra. Bahwa­san­nya ia telah mendengar Ra­sulullah saw bersabda: “Setiap mu­si­bah yang ditimpa kepada seorang mukmin beru­pa sakit yang berke­panjangan, sakit yang biasa, ter­timpa kesedihan, bahkan mem­ba­wa kepada kebingungan, maka hal ini merupakan penghapus dari kesalahan-kesalahannya. (HR. Bukhari Muslim)

Dari ketiga hadits di atas sangat nyata sekali kebenaran dari ungkapan rasul. Menurut Rasulullah saw Allah akan menjamin aset pahala setiap hamba muk­­­min yang berbuat amal kebaikan kemudian terhalang oleh sakit, tertusuk duri, kesedihan dll sehingga tidak sem­pat berbuat, namun aset pahal tetap didapatkannya.

Betapa jelas dan hebat! Tan­pa mengata­kan sesuatu, tanpa mengerjakan sesuatu bahkan tanpa mengorban­kan apa-apa. Hanya karena ha­langan seperti tertusuk duri atau kesusahan maka tidak diku­rangi sedikitpun aset ke­baikan­nya.

3. Kehilangan Barang Jadi Aset

حَدِيثُ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ *

Dari Anas ra berkata: Rasululullah saw bersabda: "Setiap orang muslim yang bercocok tanam kemudian hasil ta­naman­nya dimakan oleh binatang atau diambil manusia, maka tercatat seba­gai shodaqoh." (HR Bukhari-Muslim)

Hadits di atas menegaskan bahwa orang yang bercocok tanam namun tidak sempat menikmati hasilnya tetap men­da­pat­kan aset pahala dari Allah karena tanaman yang diusahakkanya itu dima­kan binatang atau dicuri orang.

Demikian pula orang yang memiliki sesuatu namun tiba-tiba hilang karena misalnya diambil orang tanpa permisi, atau dimakan kucing, tikus, dll tetap akan menjadi sha­daqah. Artinya aset shadaqah tetap menjadi miliknya. Subhanallah! Betapa hebatnya Allah memberikan aset kepada hamba-Nya yang mau berbuat baik. Sebuah aset yang didapat tanpa bekerja tanpa ber­kata-kata namun dapat dinik­mati dan dimiliki dengan mudahnya.

4. Rasul Memuji Perbuatan Orang Mukmin

بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ مَعَ أَصْحَابِهِ إِذْ ضَحِكَ فَقَالَ أَلَا تَسْأَلُونِي مِمَّ أَضْحَكُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمِمَّ تَضْحَكُ قَالَ عَجِبْتُ لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ إِنْ أَصَابَهُ مَا يُحِبُّ حَمِدَ اللَّهَ وَكَانَ لَهُ خَيْرٌ وَإِنْ أَصَابَهُ مَا يَكْرَهُ فَصَبَرَ كَانَ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ كُلُّ أَحَدٍ أَمْرُهُ كُلُّهُ لَهُ خَيْرٌ إِلَّا الْمُؤْمِنُ - رواه أحمد

Suatu ketika Rasulullah saw duduk ber­sa­ma para sahabatnya tiba-tiba terta­wa. Beliau bertanya: "Ada yang mau tau mengapa saya tertawa?" Lalu para sahabat bertanya: "Kenapa Rasu­lullah tertawa?" "Aku kagum de­ngan orang beriman; semua perbuatannya dijadi­kan kebaikan. Jika mereka menda­pat­kan kebaikan (kenikmatan) mereka memuji Allah. Begitu­pula jika tekena musi­bah yang tidak disukainya, mereka bersabar, maka jadi kebaik­an buatnya. Sehingga semua masalah yang menim­pa orang-orang mukmin semua­nya menjadi kebaikan."
(Kitab Sunan Ahmad hadits no. 22804)

Hadits senada yang isinya pujian Nabi saw kepada orang-orang mukmin ini banyak ditemui di berbagai kitab. Kese­muanya menegaskan bahwa semua perbuatan muslim itu berpahala. Hal inilah yang membuat Rasul saw heran dan takjub.
Allah SWT berfirman:

وما ارسلناك إلا رحمة للعالمين

Artinya: ”Tidaklah aku utus (Nabi Muhammad saw) semata-mata menjadi rakhmat bagi segenap alam.” (Al Anbiyaa: 107)

Beruntunglah kita sebagai umat nabi Muhammad saw. Karena Nabi saw men­jamin setiap perbuatan orang beriman dengan pahala yang berlipat ganda baik dengan perbuatan maupun tanpa berbuat sama sekali. Aset Allah yang diberikan kepada orang beriman ini merupakan rakhmat Allah yang harus terus-menerus dicari dan didambakan. Dengan demikian maka kebenaran ajaran ini berkat Rasulullah saw. Kare­nanya, hukumnya wajib Mencintai Rasulullah saw.

Wallahu A’lam (MK)

No comments: